
The Praying Hands
📖 _Filipi 2:3-4: dgn tdk mencari kepentingan sendiri atau puji²an yg sia². Sebaliknya hendaklah dgn rendah hati yg seorg menganggap yg lain lebih utama drpd dirinya sendiri; & jgnlah tiap² org hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, ttp kepentingan org lain juga.
The Praying Hands atau Tangan Berdoa adalah lukisan karya Albrecht Durer. Karya yg memperlihatkan sepasang tangan yg tertangkup mengarah ke atas.
Rupanya, karya yg sgt terkenal itu mempunyai latar belakang sebuah kisah legenda yg berasal dari Jerman, sbb:
Pada abad ke 15, di dekat kota Nuremberg terdptlah sebuah desa kecil, hiduplah satu keluarga yg memiliki anak yg berjumlah 18 org! Sang ayah adalah seorg pedagang emas yg sehari²nya bekerja hampir 18 jam demi menghidupi keluarganya.
Meskipun keluarga itu bkn keluarga yg kaya, namun 2 anaknya yg paling besar, yakni Albrecht Durer & adiknya Albert Durer, mempunyai cita² tinggi. Mereka bercita² suatu saat kelak mereka akan menjadi para seniman terkenal.
Krn mereka sadar bhw sang ayah tdk akan mampu membiayai kuliah mereka maka Albrecht Durer & adiknya Albert Durer mencari cara untuk mewujudkan cita² mereka itu.
Setelah diskusi yg panjang maka akhirnya kakak beradik itu membuat kesepakatan. Mereka akan mengundi & yg menang akan bersekolah lebih dulu ke akademi agar bisa menjadi seorg seniman, sdgkan yg kalah akan tetap tinggal & bekerja di pertambangan, spy uangnya dpt digunakan untuk biaya kuliah.
Dmknlah mereka akan bergantian. Dan ternyata Albrecht Durer menang shg adiknya, Albert Durer, yg akan bekerja untuk membiayainya berkuliah di akademi.
Ternyata, Albrecht adalah seorg yg sgt berbakat & menjadi bintang di akademi Nuremberg. Karya²nya bhk jauh lebih baik drpd karya para profesornya. Shg Albrecht Durer berhasil lulus dgn hasil yg gemilang & ia mendpt cukup bnyk uang atas karya²nya.
Kmdn, ketika Albrecht Durer kembali ke desanya, keluarganya sgt bangga, lalu mengadakan pesta makan malam di halaman rumah untuk merayakan keberhasilannya.
Menjelang akhir acara pesta itu Albrecht menghampiri adiknya yg tercinta untuk minum bersulang dgnnya. Sblm bersulang Albrecht berkata: "Albert, adikku, aku sgt berterima kasih atas jerih lelahmu selama ini demi kesuksesanku. Dan skrg, giliranmulah untuk pergi ke akademi di Nuremberg & saya akan membiayai semua yg kau perlukan."
Semua org mengarahkan perhatian ke Albert Durer, sang adik, yg duduk di ujung meja. Air mata mengalir di wajah Albert yg pucat & sambil menggelengkan kepalanya sementara ia menangis. Lalu disekanya air mata di pipinya & dia memegang tangannya, sambil berkata pelan:
"Tdk, saudaraku, saya tak akan pergi ke Nuremberg. Bagi saya hal itu sdh terlambat. Lihatlah ... lihat apa yg terjadi pada tanganku setelah 4 thn bekerja di tambang. Tulang² jari saya pernah hancur! Dan akhir² ini saya juga terkena rheumatoid yg parah di tangan kanan saya, shg untuk memegang gelas ini & bersulang dgnmu pun aku tak bisa. Aku tdk bisa lagi memegang kuas & melukis garis² halus di kanvas. Bagi saya itu sdh terlambat."
Seketika itu suasana berubah menjadi haru, Albrecht Durer sgt sedih melihat kenyataan itu. Dan suatu hari, sbg ungkapan rasa terima kasih & hormatnya kpd sang adik atas semua yg telah dikorbankannya, maka Albrecht Durer mencoba menghela Albert Durer, meluruskan jari²nya & kmdn melukisnya.
Sobatku ...
Setelah selesai, diberinya judul lukisan itu Hands yg lambat laun dunia mengenal karya itu sbg suatu karya persembahan cinta yg tulus, tangan yg berkorban & memohon. Itu lah sebabnya karya itu lebih terkenal dgn judul The Praying Hands. Tangan yg berdoa, berkorban demi mewujudkan sebuah cita² saudaranya & tanpa pamrih